Article Detail

Mengenal Keajaiban Eco Enzyme


Jakarta – Produksi sampah di Jakarta mencapai 7600 ton dalam sehari. Demikian pula di daerah-daerah lain, tentu juga banyak sampah yang dihasilkan. Sampah harus dikelola supaya tidak menumpuk memenuhi bumi.
Salah satu usaha pengelolaan sampah adalah Eco Enzyme (EE). EE bertujuan mengolah sisa sampah dapur organik. EE adalah hasil fermentasi limbah dapur organik kulit buah dan sisa sayuran, dengan gula (gula coklat, gula merah, atau molase/gula tebu) dan air. Warnanya coklat gelap dan memiliki aroma fermentasi asam manis yang kuat.
EE merupakan cairan yang serba guna dan ramah lingkungan. Ini sejalan dengan nilai Keadilan, Perdamaian, dan Keutuhan Ciptaan (KPKC) yang diusung oleh Yayasan Tarakanita. Oleh karena itu, Sabtu (28/11/2020) Yayasan Tarakanita mengadakan Hari Study Pembantu Pelaksana (HSPP) yang dihadiri oleh para karyawan Tarakanita Nasional.
Acara ini berlangsung via telekonferensi Zoom. Ada lebih dari 350 peserta yang hadir. Dengan dimoderatori oleh P. Ruliyati P.L (Koordinator KPKC Nasional), acara ini berlangsung pukul 08.00 – 10.00 WIB.
“Kegiatan ini merupakan kegiatan perdana Hari Study Pembantu Pelaksana. Nanti diupayakan sebulan sekali bertemu sehingga bisa ditularkan dari unit ke unit, dari wilayah ke wilayah. Barangkali teman-teman bisa berbagi tentang penanaman sayuran organik, membuat berbagai macam benda daur ulang dari barang bekas, dan lain-lain,” ungkap Ruli.
Aurelius Arya Saputra selaku Kepala Bagian Personalia Yayasan Tarakanita memberikan pengantar, “Ini berkah masa pandemi sehingga kita bisa berjumpa dengan teman-teman dari seluruh wilayah. Harapan personalia semoga kegiatan ini bisa terus berlanjut dan Eco Enzyme bisa diimplementasikan bersama.Biaya terbesar organisasi ini adalah biaya operasional, maka organisasi ini akan memperoleh kemanfaatan bila Eco Enzyme ini bisa mengurangi biaya operasional tersebut.”
Nara sumber kegiatan ini adalah Paul L. Iskandar (Relawan Eco Enzyme Nusantara). Paul aktif di kegiatan lingkungan hidup sejak tahun 2013 dan melakukan kegiatan bersama dengan berbagai komunitas lingkungan lainnya. Saat ini ia menjabat sebagai Ketua SKP KAJ. 
“Gerakan lingkungan hidup selalu berusaha kita tularkan ke banyak orang supaya menjadi gerakan yang masif,” tegas Paul.
EE adalah hasil penelitian selama 30 tahun oleh Dr. Rosukon Poompanvong. Beliau adalah pendiri Asosiasi Pertanian Organik Thailand.
Gagasan proyek EE ini adalah untuk mengolah sampah organik yang biasanya kita buang ke dalam tong sampah dan menghasilkan gas metana penyebab pemanasan global menjadi cairan Eco Enzyme yang memiliki banyak manfaat.

Relawan yang baru saja menjadi nara sumber Eco Enzyme Nusantara dalam sosialisasi internasional di Kenya ini menjelaskan bahwa banyak keajaiban dari EE, seperti: proses produksi EE menghasilkan O3 (Ozon) yang berfungsi mengurangi pemanasan global, 1 liter EE dapat memurnikan 1000 liter air sungai yang terkontaminasi, EE menyuburkan tanah dan menghilangkan bahan-bahan kimia di tanah, meningkatkan kualitas udara, dan lain-lain.
Pemanfaatan EE sangat luas, yakni untuk perawatan tubuh (mandi, cuci tangan, cuci muka), untuk kumur, obat infeksi kulit dan alergi, mencegah gatal dan bengkak, obat luka gores, pemakaian rumah tangga, pengairan sawah, dan lain sebagainya.
Langkah-langkah membuat EE cukup sederhana:
1. Tentukan kapasitas wadah.
2. Isi air 50 - 60% dari kapasitas wadah (hitung dalam satuan ml/liter atau gr/kg sama hasilnya).
3. Tambahkan molase 10% dari total air (hitung dalam satuan gr/kg).
4. Tambahkan sampah organik 30% dari total air (hitung dalam satuan gr/kg).
5. Tutup rapat wadahnya, fermentasikan selama 3 bulan.

“Buah apa saja yang bisa digunakan untuk pembuatan Eco Enzyme dan buah apa saja yang tidak bisa digunakan untuk pembuatan Eco Enzyme?,” tanya salah satu peserta.
Semua kulit buah dan daging buah yang tidak kita makan bisa menjadi bahan untuk pembuatan Eco Enzyme. Hanya tidak disarankan memakai kulit durian, kulit salak, mahkota nanas. Alasannya karena kemungkinan besar tangan kita akan terluka apabila mengaduk eco enzyme berbahan kulit durian, salak, dan mahkota nanas. Lalu kulit durian terlalu berat dan kering sehingga rugi dalam pemenuhan timbangan sampah sayur buah kita.
Manggis dan buah naga merah bisa digunakan tetapi si pembuat EE tidak berencana menggunakannya untuk mencuci baju. Daging durian, kulit alpukat, daging alpukat, daging kelapa, dan kulit kelapa tidak disarankan karena  terlalu banyak mengandung lemak.
Pertanyaan lain yang menarik ialah apakah EE bisa digunakan untuk menjernihkan kolam ikan dan apakah tidak berpengaruh terhadap kehidupan ikan?
Paul menjelaskan, EE adalah bahan organik hasil fermentasi kedap udara. Itu berarti bahan organik yang bagus. EE bisa digunakan untuk menjernihkan kolam ikan dengan perbandingan 1:20.000 (untuk ukuran kolam 5x4 m dan kedalaman 1m). Perbandingan ini aman sekali untuk kolam ikan. Perlu diperhatikan bahwa jangan terlalu banyak memberikan EE karena kalau terlalu asam akan mempengaruhi si ikan. Maka perbandingannya yang tepat adalah 1:20.000.

PPDB Online dapat dilakukan di http://surabaya.tarakanita.sch.id/ 
Media online: http://wil-surabaya.tarakanita.sch.id/ 
Media pembelajaran: http://tarakanitasby.web.id/ 
Media sosial
- Instagram: https://www.instagram.com/tarakanitasurabaya/ 
- Youtube: https://www.youtube.com/c/HumasTarakanitaSurabaya 
- Facebook: https://www.facebook.com/yayasantarakanita.wilayahsurabaya 
#tarakanitasurabaya #yayasantarakanita #cerdasberintegritas #dirumahsaja #tksantocarolus #sdsantocarolus #smpcarolussby #smacarolussby #tkkartinisurabaya #sdrakartini #sdsantoyosefsurabaya #smpsantoyosefsurabaya #tk #sd #smp #sma #sekolahsurabaya #sekolahkatolik #sekolahkatoliksurabaya #pembelajaranonline #pjjonline #pembelajaranjarakjauh #pendidikan #pendidikananak #pendidikankarakter #pendidikanindonesia #belajardirumah #edukasionline

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment