Article Detail
#alumnimengajar Bangga Budaya Indonesia
Chile – Ada yang istimewa dalam kegiatan #alumnimengajar pada Kamis, 10 September 2020. SD RA Kartini Tarakanita Surabaya menyelenggarakan kegiatan #alumnimengajar bersama nara sumber Ignatius Loyola Edwin Prabowo dan Maria Putri Kusumanegari secara langsung (live) dari Chile. Edwin adalah alumni SD RA Kartini Tarakanita Surabaya dan Gari, istrinya, adalah Pelaksana Fungsi Ekonomi Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Santiago Chile.
Kegiatan yang dimoderatori oleh ME. Tri Ernaningsih (guru SD RA Kartini) ini berlangsung melalui teleconference Zoom dan juga dapat disaksikan di kanal Youtube Humas Tarakanita Surabaya. Kegiatan tetap dapat berlangsung secara live pukul 08.00-10.00 WIB meski waktu di Chile berbeda 10 jam lebih lambat dari Indonesia.
Edwin menyampaikan kebanggaannya karena bersekolah sejak TK sampai dengan SMA di Yayasan Tarakanita, “Saya patut berbangga bersekolah di SD RA Kartini karena mendapatkan pendidikan nilai karakter, salah satunya ialah kemandirian. Saya juga mendapat guru-guru yang terbaik ketika bersekolah di SD RA Kartini.”
Edwin memberikan contoh kemandirian: ketika bersekolah di SD RA Kartini Edwin dan teman-temannya mengikuti Perkemahan Sabtu-Minggu (Persami). Meski SD RA Kartini memiliki lingkup atau gedung paling kecil dibandingkan dengan SD St. Yosef dan SD St. Carolus, tapi Edwin dan teman-temannya mampu membawa juara umum Persami.
Edwin pun berpesan ke adik-adik SD RA Kartini, “Bila ada peluang, misalkan mengikuti Persami di dalam atau di luar kota, itu akan menjadi tabungan kalian di masa yang akan datang. Di kemudian hari akan menjadi bekal yang berguna.”
Bagaimana Bisa sampai di Chile?
Edwin menjelaskan sedikit banyak tentang geografis tempat tinggalnya di Chile, seperti lokasi tempat tinggalnya di kota Santiago, ibukota Chile, perbedaan waktu Chile 10 jam lebih lambat dari Indonesia ketika musim panas, semi, dan gugur sementara di musim dingin menjadi 11 jam lebih lambat dari Indonesia, dan lain-lain.
Gari bekerja sebagai Diplomat Fungsi Ekonomi di KBRI Santiago. Gari bercerita tentang bagaimana bisa menjadi diplomat. Gari sudah 10 tahun menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau Aparatur Sipil Negara (ASN) di Kementerian Luar Negeri Indonesia.
Secara rutin pegawai yang masuk ke Kementerian Luar Negeri akan ditempatkan di perwakilan-perwakilan Indonesia yang ada di luar negeri. Indonesia mempunyai 150 perwakilan yang tersebar di seluruh dunia.
“Kami beruntung karena ini penempatan pertama langsung diberi penempatan di Benua Amerika. Kami menikmati waktu kami di sini karena mengenal lingkungan baru, budaya baru, bahasa baru. Belajar itu tidak boleh berhenti meski dihadapkan pada lingkungan yang sama sekali baru dan harus belajar lagi mulai dari nol, apalagi mempelajari bahasa Spanyol yang digunakan di Chile,” ungkap Gari.
Gari menerangkan tugas diplomat adalah mewakili Indonesia ketika di luar negeri. Ia berhubungan dengan mitra-mitra di Chile, seperti kementerian setempat, hubungan ekonomi dengan perusahaan-perusahaan yang mempunyai bisnis di Indonesia, dan lain-lain.
Intinya tugas diplomat adalah memfasilitasi apabila ada keperluan antara pihak Chile dan Indonesia atau sebaliknya Indonesia memerlukan informasi tentang Chile. Bagian-bagian di Chile yang ditangani oleh KBRI adalah ekonomi, sosial-budaya, politik, protokol, dan konsuler.
Menjadi diplomat di Chile itu merupakan kesempatan yang berharga bagi Gari sekeluarga karena mereka senang traveling. Setelah dari Chile mereka akan kembali ke Jakarta dan kemudian ditempatkan di negara lain lagi.
Cerita Budaya Indonesia di Chile
Di Chile, Edwin dan Gari mengikuti kegiatan promosi budaya Indonesia seperti lomba pantun, gamelan, dan mendukung penampilan tarian.
Gari menyampaikan, “Tidak harus menjadi diplomat atau tidak harus di Chile, ketika bertemu dengan orang asing kita akan cenderung ditanya bagaimana Indonesia, budayanya seperti apa, makanan khasnya apa, dan lain-lain.”
Misalnya, orang Indonesia terkenal keramahtamahannya, yakni memanggil orang yang lebih tua dengan sapaan “Bapak” atau “Ibu”. Kebiasaan tersebut tidak ada di negara-negara barat. Maka Edwin dan Gari juga mengajari keramahtamahan kepada orang Chile. Ada orang Chile yang bekerja di KBRI menjadi terbiasa untuk memanggil orang Indonesia dengan sapaan “Pak” atau “Bu”.
Contoh budaya Indonesia yang dilestarikan di Chile antara lain: ada orang Chile yang menjadi guru Bahasa Indonesia, ada orang Chile mempelajari gamelan dalam waktu 2 minggu dan kemudian sudah bisa mengajar gamelan, dan ada orang Indonesia yang mengajar tarian Indonesia untuk orang-orang Chile.
Gari mengingatkan, “Kita perlu memiliki pengetahuan dasar tentang budaya Indonesia, agar budaya Indonesia dapat dilestarikan.”
Ada satu pertanyaan menarik dari salah satu siswa, yakni mengapa negara Chile dinamakan Chile? Menurut penjelasan Gari, orang Indonesia menyebut Chile dengan Chili. Memang di Chile ada banyak cabai. Bahkan jenis cabai di Chile lebih banyak dari di Indonesia. Cabai berasal dari Amerika Latin, bukan dari Indonesia. Oleh karena itulah negara Chile dinamakan Chile.
PPDB Online dapat dilakukan di: http://surabaya.tarakanita.sch.id/portal/
Media online : http://wil-surabaya.tarakanita.sch.id/
Media pembelajaran: http://tarakanitasby.web.id/
Media sosial
- Instagram: https://www.instagram.com/tarakanitasurabaya/
- Youtube: https://www.youtube.com/c/HumasTarakanitaSurabaya
- Facebook: https://www.facebook.com/yayasantarakanita.wilayahsurabaya
#tarakanitasurabaya #yayasantarakanita #cerdasberintegritas #dirumahsaja #tksantocarolus #sdsantocarolus #smpcarolussby #smacarolussby #tkkartinisurabaya #sdrakartini #sdsantoyosefsurabaya #smpsantoyosefsurabaya #tk #sd #smp #sma #sekolahsurabaya #sekolahkatolik #sekolahkatoliksurabaya #pembelajaranonline #pjjonline #pembelajaranjarakjauh #pendidikan #pendidikananak #pendidikankarakter #sekolahhits #pendidikanindonesia #belajardirumah #sekolahunggulan #edukasionline
Comments
-
there are no comments yet
Leave a comment