Article Detail
METODE ILMIAH DALAM EKSPERIMEN PERKECAMBAHAN BIJI (METODE PBR)
Pembelajaran berbasis riset, satu istilah yang mungkin membuat kening siswa dan guru berkerut karena terbayang suatu rangkaian proses belajar yang serius, berat dan tentu membosankan. Tetapi apakah memang seperti itu sebenarnya? Tentunya tidak harus demikian, karena pada hakekatnya proses pembelajaran yang “serius dan berat” akan membuat suasana kelas menjadi tidak menarik. Apa yang dapat diharapkan dari prestasi siswa jika suasana pembelajaran tidak menarik. Maka tugas guru sebagai koki adalah mencoba meramu menu khusus yang membuat siswa menikmati enaknya pembelajaran berbasis riset (PBR)
Dalam hal ini penulis mencoba menerapkannya dalam pembelajaran Biologi Kelas VIII Kompetensi Dasar Pertumbuhan dan Perkembangan Makhluk Hidup, khususnya pada pertumbuhan biji tanaman. Pada materi ini dapat diterapkan satu percobaan untuk membuktikan pertumbuhan pada biji tanaman. Sebenarnya percobaan ini sudah pernah dilakukan siswa ketika Sekolah Dasar. Namun saya ingin siswa melakukannya lagi dengan menggunakan metode berbeda, yaitu dengan menggunakan dan menerapkan Metode Ilmiah yang sudah dipelajari di kelas VII.
Jika dulu di Sekolah Dasar siswa melakukan eksperimen sepenuhnya berdasarkan petunjuk guru, misalnya, menanam kacang hijau di wadah plastik dengan medium kapas basah selama waktu tertentu dan diukur tingginya secara berkala. Maka bedanya dengan SMP adalah digunakannya penerapan metode ilmiah, siswa diminta untuk merancang sendiri eksperimennya. Dimulai dari menentukan variabel bebas, variabel kontrol dan variabel terikatnya. Sekaligus juga menuliskan hipotesisnya. Sehingga setiap siswa memiliki rancangan eksperimen secara individual yang berbeda dengan teman lainnya. Dan dapat mengambil kesimpulan pada akhir percobaannya.
Siswa boleh melakukan eksperimen secara individual atau berkelompok, namun 1 kelompok dibatasi hanya 2 anggota, agar setiap anggota kelompok benar-benar ikut bertanggung jawab terhadap keberhasilan eksperimen tersebut. Sedangkan waktu yang digunakan adalah selama 1 bulan sekaligus dengan penyusunan laporannya.
Prosedur alur kerjanya adalah sebagai berikut :
Langkah 1 : siswa menentukan bekerja secara individual atau berpasangan.
Langkah 2 : siswa / kelompok siswa menyusun hipotesis yang akan diuji.
Langkah 3 : dari hipotesis yang telah disusun, ditentukan variabel bebas, variabel terikat dan variabel kontrolnya.
Langkah 4 : menentukan alat dan bahan yang diperlukan sekaligus urutan kerjanya
Langkah 5 : merancang tabel pengamatan
Semua rancangan prosedur tersebut dikonsultasikan kepada guru pengajar, jika sudah memenuhi persyaratan maka siswa dapat mulai melakukan eksperimennya. Setelah itu dilanjutkan dengan langkah 6 dan 7.
Langkah 6 : memelihara, mengamati dan mencatat eksperimennya selama waktu yang telah ditentukan
Langkah 7 : menuliskan laporan hasil eksperimen
Dari metode ini, didapati variasi eksperimen yang dilakukan oleh siswa. Sebagai contoh, biji yang digunakan tidak terbatas pada biji kacang hijau, ada yang menggunakan biji jagung atau biji kedelai. Variabel bebasnya lebih bervariasi lagi. Untuk membuktikan pengaruh air, terdapat bermacam-macam varibel bebas yang akan diuji. Misalnya ada yang membedakan volume penyiraman, frekuensi penyiraman atau jenis air yang digunakan. Ada pula kelompok yang memilih variabel bebas ada tidaknya cahaya matahari sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan biji tanaman.
Selama eksperimen berlangsung, secara berkala siswa diminta untuk mengamati dan mencatat pertumbuhan biji tanaman secara cermat, baik data kuantitatif maupun data kualitatifnya. Dan minimal 1 kali dalam 1 minggu data tersebut harus dilaporkan kepada guru pengajar. Dari pengalaman ini, tampak bahwa banyak siswa menjadi lebih bersemangat dalam memperhatikan dan mengusahakan keberhasilan eksperimennya. Bahkan beberapa kelompok berinisiatif untuk memotret setiap langkah eksperimennya, mulai dari awal percobaan, setiap kali pengamatan sampai hasil akhirnya. Kelompok lain yang gagal dalam eksperimennya bahkan meminta waktu tambahan untuk mengulangi kembali eksperimennya. Namun demikian, tidak dipungkiri, juga masih dijumpai siswa yang belum menanggapi dan melaksanakannya dengan sungguh-sungguh, terbukti dari tidak teraturnya mereka dalam pemeliharaan dan pengamatan eksperimennya.
Begitulah pengamalan saya dalam menerapkan Pembelajaran Berbasis Riset secara sederhana. Tentu masih jauh dari sempurna. Masih banyak yang perlu dan dapat dikembangkan lagi. Namun dari pengalaman di atas, didapati kenyataan bahwa PBR dapat disajikan untuk materi yang sederhana dengan cara yang cukup menyenangkan siswa. Siswa dilibatkan secara langsung dengan materi yang dipelajari, sehingga hal ini lebih memotivasi mereka untuk melakukan sebaik mungkin untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Hanya diperlukan kreativitas guru dalam memilih materi dan metode PBR yang sesuai yang akan disampaikan kepada siswa, karena pada kenyataannya tentu tidak semua materi dapat disampaikan dengan metode PBR.
A. Wiwik Retnaningtyas
Guru Biologi SMP Santo Carolus Surabaya
-
there are no comments yet