Sejarah Lembaga
Sejarah Lembaga
Bermula dari dijadikannya Surabaya sebagai tempat transit bagi Suster-suster
CB yang melakukan perjalanan ke NTT atau sebaliknya. Hal ini mengingat kapal
laut yang melayani rute dari dan ke NTT sandar di Tanjung Perak. Namun jadwal
keberangkatan dan kedatangan kapal laut yang sering tidak tepat waktu membuat
Suster-suster CB yang transit di Surabaya harus menginap di biara Suster-suster
Ursulin di Jalan Darmo Surabaya atau di biara SSpS di Jalan Jambi Surabaya,
karena pada saat itu biara Suster-suster CB di Surabaya belum ada.
Dengan kenyataan seperti itu, mulai dipikirkan lebih baik kalau
Kongregasi CB memiliki rumah atau komunitas sendiri di Surabaya. Maka mulai
tahun 1970 dicari rumah yang dapat dipakai sebagai rumah biara yang tujuan
utamanya adalah agar para suster yang mau ke Indonesia timur dan transit di
Surabaya dapat berkumpul bersama saudara-saudaranya se-Kongregasi. Hingga
didapatlah rumah di Jalan Bendulmerisi No. 11, yang selanjutnya menandai
terbentuknya komunitas di Surabaya dengan para anggota antara lain Sr.
Rufina CB, Sr. Angela CB, Sr. Bernadet CB, Sr. Marcella CB, dll.
Disadari, bahwa tidak mungkin para suster yang tinggal menetap di
Surabaya tanpa karya. Ada tawaran menarik dari paroki Yohanes Pemandi Wonokromo
agar Suster-suster CB turut melayani di poliklinik Margorejo dan sekolah SD/SMP
Santo Yosef serta TK/SD RA. Kartini.
Kongregasi CB bersedia menerima pengelolaan TK/SD RA. Kartini yang
secara ekonomis sebenarnya adalah sekolah miskin, letaknya pun tidak strategis,
karena berada di tengah-tengah kampung. Alasan utama adalah agar suster
mempunyai lahan untuk berkarya di Surabaya, jadi komunitas Surabaya bukan hanya
melayani para suster yang transit, sehingga tidak pernah terpikirkan apakah
sekolah itu untung atau rugi.
2) SMP Santo
Yosef - tahun 1948
Christelyke Broeder
School adalah
sebuah gedung sekolah milik Belanda yang berada di Surabaya, tepatnya di Jalan
Joyoboyo no. 19. Gedung tersebut berdiri pada tahun 1925 yang dikelola oleh Stichting
Broeders van den Heiligen Aloysius (Kongregasi Bruder CSA) sebuah
perkumpulan yang memanfaatkan gedung tersebut sebagai sekolah khusus bagi
anak-anak Belanda yang berada di Indonesia. Pada masa penjajahan Jepang
(1942-1945) gedung itu diambil alih tentara Jepang yang digunakan sebagai
asrama dan tempat pelatihan Kaigun (angkatan laut Jepang). Setelah masa
pendudukan Jepang, gedung ini difungsikan kembali menjadi sekolah.
Pada awalnya adalah Sekolah Dasar
yang terbuka untuk kalangan umum dengan pengelola yang sama yaitu Stichting
Broeders van de Heiligen Aloysius. Seiring dengan perkembangan jaman dan
tuntutan pendidikan yang lebih tinggi, Stichting Broeders van de Heiligen
Aloysius mendirikan sekolah lanjutan dari “Herstel – H.B.S.” untuk
bagian “Blijvers” yang bertempat di Coen Boulevard no. 7 (Jl. Dr. Sutomo 7) – sekarang menjadi Jl.
Polisi Istimewa – dan sekolah ini merupakan cikal bakal SLTP Santo Yosef. Mulai
tanggal 01 Agustus 1948 oleh para bruder sekolah ini dinyatakan sebagai M.S.
(Middelbare School) dengan Akte Notaris : “Stichting
Brooders van den Heiligen Aloysius to Surabaja” Akte Notaris: H.J. de Craaf di
Bogor No. 14, tanggal 10 Juli 1936. Seiring dengan perkembangannya terjadi
beberapa kali perubahan istilah Middelbare School. Tahun 1950 berubah menjadi
SM (Sekolah Menengah) kemudian menjadi SMP (Sekolah Menengah Pertama). Sejak
Oktober 1950 sekolah ini pindah dari tempat lama ke tempat yang baru (Jl. Joyoboyo
no. 19 Surabaya) sampai sekarang ini.
SD dan SMP Santo Yosef pada waktu
itu masih di bawah perkumpulan Stichting
Broeders van de Heiligen Aloysius dengan pengelola para Buder-bruder Aloysius.
Pejabat kepala sekolah yang pertama kali adalah Br. Engelbertus tahun 1948-
1950. Pada saat pemerintah Indonesia menjalankan program nasionalisasi, maka
dilakukan penyesuaian nama menjadi “Yayasan Mardiwidjana” dengan Akte Notaris :
Mr. Oe Siang Djie di Surabaya No. 33 tanggal 15 Agustus 1958. Nama ini
digunakan untuk urusan kepemerintahan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
(PDK) sedangkan untuk intern masih tetap menggunakan istilah Stichting Broeders
van de Heiligen Aloysius. Walaupun sekolah ini terbuka untuk kalangan umum,
namun batasan masih ada. Sekolah ini hanya diperuntukkan bagi murid laki-laki
yang terkenal dengan disiplin yang ketat. Dari kekhususan ini menjadikan
sekolah Santo Yosef layak diperhitungkan di antara sekolah-sekolah lain di
Surabaya. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya prestasi yang diperoleh
pada masa itu. Pemerintah menerbitkan surat pengakuan yaitu Surat Pts
Subsidi yang pertama No. 49777/Subs, tanggal, 31 Desember 1952.
Pada tahun 1972, terjadi
pengalihan pengelolaan sekolah dari para bruder Santo Aloysius yang tergabung
dalam Stichting Broeders van de Heiligen Aloysius kepada para suster Carolus
Borromeus, tetapi masih di bawah Yayasan Mardiwidjana. Hal ini dilakukan karena
keterbatasan tenaga bruder untuk mengelola. Keterbatasan ini berlanjut sampai
akhirnya pada tahun 1985 Yayasan Mardiwidjana menghibahkan pengelolaan
sepenuhnya sekolah Santo Yosef kepada Kongregasi suster-suster Cinta kasih
Santo Carolus Borromeus dalam wadah Yayasan Pendidikan Karolus Borromeus (YPKB)
dengan Akte Notaris SUSANTI S.H, No.16 tanggal 4 Nopember 1985. Mulai saat itu
sekolah Santo Yosef berada di bawah naungan Yayasan Pendidikan Karolus Borromeus.
Setelah masa peralihan kepala sekolah pertama adalah Sr. Angela CB, dengan membuka
pendaftaran bagi murid perempuan.
Tahun 1989 SMPK Santo Yosef dipimpin
oleh awam sebagai kepala sekolah. Pada tahun 1997 gedung sekolah berdiri di Jl.
Joyoboyo 19 Surabaya, tahap demi tahap gedung lama dibongkar untuk perbaikan
dan pengembangan. Setelah menempati gedung baru meskipun belum seluruhnya baru.
Untuk memperkuat yayasan penyelenggara, maka tahun 2002 Yayasan Pendidikan
Karolus Borromeus merger dengan Yayasan Tarakanita yang sama-sama di bawah
naungan Kongregasi suster-suster Cinta kasih Santo Carolus Borromeus. Mulai saat
itu disosialisasikan penggunaan nama baru SLTP Santo Yosef berubah menjadi SMP
Santo Yosef sampai sekarang.
3)
SD Santo Yosef - tahun 1950
Karya
pendidikan diawali oleh semangat cinta kasih Kongregasi Suster-suster Cinta
kasih Santo Carolus Borromeus di Keuskupan Surabaya dengan menerima hibah,
yakni 2 (dua) gedung sekolah dari Yayasan Mardiwidjana Cabang Surabaya. Pada
waktu itu Yayasan Mardiwidjana di bawah naungan Bruder Kongregasi Santo
Aloysius. Penyerahan tersebut secara teknis dilaksanakan oleh kedua belah pihak
pada tanggal 1 Januari 1975, terdiri atas:
1.
SD Katolik Santo Yosef status “Bersubsidi” di
jalan Joyoboyo nomor 19 Surabaya.
2.
SMP Katolik Santo Yosef status “Bersubsidi” di
jalan Joyoboyo nomor 19 Surabaya.
Latar
belakang dilaksanakan penghibahan, karena para Bruder Kongregasi Santo Aloysius
tidak melanjutkan karya kerasulan di kota Surabaya. SD Santo Yosef didirikan
sejak zaman sebelum perang dunia ke II oleh para Bruder Konggregasi Santo
Aloysius yang berkarya di Surabaya dengan latar belakang sebagai berikut:
1) Pendiri
a. Nama
pendiri : Konggregasi
Broeders v.d. Heilige Aloysius
b. Bentuk
organisasi : Vereeniging
“Broedersschool te Soerabaia”
c. Pengesahan
organisasi : Staatsblad Nomor 136 tanggal
13 Juli 1880
d. Javasche
Courant Nomor 59 tanggal 23 Juli 1880
2) Tanggal
pendirian sekolah
Pada
tanggal 7 Juli 1862 didirikan ELS (Bijzondere Europeesche Lager School) di
Coen Boulevaard Laan (Jalan Dr. Sutomo/saat ini: Jalan Polisi Istimewa).
Sekolah berkembang dan membuka kelas filial. Pada tahun 1923 dipecah menjadi 2
(dua) sekolah, yakni: ELS = broedersschool
Santo Aloysius dan ELS = broedersschool Santo Yosef. Pada tanggal
1 Juli 1946 ELS diubah namanya menjadi ALS (Algemeene Lager School)
zaman pemerintahan pendudukan Kolonial Belanda. Pada tanggal 1 Agustus 1950 ALS
diubah namanya menjadi SR (Sekolah Rakyat) dan berkembang hingga menjadi SD (Sekolah
Dasar). Tanggal 1 Agustus oleh Yayasan Tarakanita dijadikan sebagai Hari Ulang
Tahun SD Santo Yosef Surabaya.
Dan
untuk status sekolah, sebelum perang dunia ke II sudah berstatus sekolah bersubsidi
berkembang dan berlangsung terus hingga keluar peraturan tentang jenjang
akreditasi untuk sekolah swasta.
Pada
tahun ajaran 2024-2025, SD RA. Kartini, yang beralamat di Jalan Jagir Sidomukti
Gang Lebar No.21 merger atau bergabung ke SD Santo
Yosef yang beralamat di Jalan Joyoboyo 19 Surabaya. Alasan SD RA. Kartini
merger ke SD Santo Yosef adalah karena lahan yang sempit dan tidak memungkinkan
pengembangan selain efesiensi biaya dan masih dalam satu naungan yayasan
Tarakanita Wilayah Surabaya. Jumlah peserta didik dari kelas 1-5 yang merger ke
SD Santo Yosef sejumlah 83 siswa.
4)
TK/SD RA. Kartini - tahun
1966
Daerah Jagir Sidomukti merupakan salah satu kampung yang masih baru yang
terletak di kelurahan Jagir, kecamatan Wonokromo, Kota Surabaya. Tahun 1964
kampung ini dihuni beberapa kepala keluarga. Area kampung ini luasnya sekitar 4
hektar, sedangkan 75% status tanah milik pemerintahan daerah Kota Surabaya dan
25% sudah merupakan bangunan permanen dan non permanen yang dihuni oleh pendatang.
Di bagian utara kampung ini terdapat bangunan tua milik pengusaha sapi
perah “Staal” yaitu Bapak Tu Nyoo Skocilip. Pengusaha sapi
perah saat itu masih beroperasi namun sudah tidak produktif lagi dan tinggal
puing-puing bekas bangunan dengan pagar tembok yang cukup tinggi. Dengan adanya
peristiwa nasional Gerakan 30 September 1965, pengusaha sapi perah yang
berkewarganegaraan China, semakin mempersulit pabrik untuk beroperasi, bahkan
dengan peristiwa ini banyak warga asli kampung ini menjadi terpisah dan
menderita.
Setelah tragedi itu penduduk baru mulai berdatangan dan menempati
lahan-lahan kosong yang terstatus tanah persil tersebut. Dengan pertambahan
penduduk yang semakin lama semakin padat, juga menimbulkan masalah sosial yang
perlu dipecahkan dan diatasi. Salah satu masalah adalah kebutuhan akan
pendidikan bagi keluarga-keluarga, karena pada waktu itu belum ada lembaga
pendidikan di sekitar daerah ini, kalaupun ada tempatnya terlalu jauh.
·
Sekolah kampung
Seperti diuraikan di atas, setelah warga
kampung semakin padat maka timbul gagasan untuk mendirikan sekolah di sekitar
lokasi kampung, dengan tujuan agar anak-anak sekitar mendapat pendidikan yang
layak namun tidak jauh dari rumah tinggal. Menindak lanjuti rencana ini
beberapa tokoh masyarakat Kristen dan Katolik di kampung mengadakan berbagai
pertemuan, berembuk memikirkan dan merencanakan upaya-upaya untuk
merealisasikan gagasan ini.
Akhirnya disepakati terlebih dahulu
mendirikan yayasan pendidikan yang murni swasta dari swadaya masyarakat. Lokasi
sekolah yang dipergunakan sementara menempati rumah warga yang kosong yaitu di
Jalan Jagir Sidomukti Gg. V Surabaya dengan para pengajar: Ibu Y.C. Yuwati
Kasirin, Ibu M.Y. Sutjiatmi Karmadi. Maka pada tanggal 5 Oktober 1966, sekolah
TK-SD RA. Kartini resmi didirikan dengan dihadiri para tokoh dan sesepuh
kampung.
Langkah awal untuk mencari siswa adalah
dengan cara mendata warga kampung yang mau menyekolahkan anaknya di TK/SD RA.
Kartini. Dari data ini tercatat untuk TK usia 5-6
tahun dan untuk SD usia 7-8 tahun masing-masing 20 anak. Sejak resmi didirikan,
TK dan SD menerima murid dari warga kampung, dan angkatan pertama masing-masing
jenjang 20 siswa. Dengan fasilitas sangat sederhana, tanpa bangku hanya duduk
beralas tikar namun adanya semangat pengabdian dari pengajar maka proses
pembelajaran berjalan dengan baik. Ibu Y.C. Yuwati Kasirin sebagai kepala
sekolah TK dan Ibu M.Y. Sutjiatmi sebagai guru terus melakukan pembenahan dalam
proses pembelajaran sehingga TK ini menunjukkan tanda-tanda ke arah yang lebih
baik. Beberapa tokoh/sesepuh kampung berupaya memperbaiki sarana prasarana yang
seperti menambah bangku, meja, dll.
Pada tanggal 10 Desember
1966, setelah sekolah berlangsung, ternyata rumah yang dipakai untuk sekolah sudah
tidak memadai lagi. Beberapa tokoh kampung yang dipelopori Bp. Dwi Soetikno
sebagai ketua RK Jagir Sidomukti berinisiatif memindahkan lokasi sekolah dari
Jalan Jagir Sidomukti Gg. V ke Jalan Jagir Sidomukti Gg. Lebar 21, yang
menempati tanah dan 2 rumah bekas kandang pemerahan susu sapi seluas 480m²
(30mx16m). Tahun 1967 TK RA. Kartini pindah lokasi setelah memperbaiki bekas
kandang agar dapat dipergunakan sebagai sekolah yaitu dengan membongkar kandang
yang satu sebagai tempat bermain, dan yang satu diperbaiki menjadi kelas dan
ruang kantor/guru meskipun berdinding gedheg (anyaman bambu).
·
Penyerahan sekolah ke
Paroki Yohanes Pemandi
Setelah sekolah berjalan
beberapa bulan, para tokoh (pengurus) kampung merasa kewalahan dalam mengelola
lembaga pendidikan ini baik dari segi pendanaan maupun administrasi. Untuk ini
harus dicari jalan keluar, dan atas dasar pemikiran beberapa orang, yang memungkinkan
adalah menyerahkan pengelolaan sekolah ini ke lembaga resmi yang sudah biasa
mengelola sekolah yaitu Gereja Paroki Yohanes Pemandi Wonokromo, Surabaya.
Hal ini disepakati secara bulat oleh pengurus (tokoh) atau warga setempat.
Pada tanggal 12 Juli
1967 sekolah TK-SD RA. Kartini diserahkan secara resmi ke Paroki Yohanes
Pemandi Wonokromo dan namanya berubah menjadi TK-SD RA. Kartini. Pada waktu itu
yang menjadi pastor paroki adalah Rm. Louis Pandu CM. Beliau menerima dengan senang hati penyerahan sekolah ini yaitu: siswa, tenaga,
sarana prasarana, dll. Tenaga pengajar saat itu ada dua yaitu Ibu MY.
Sutjiatmi dan Ibu Prisca Kartinah. Rm. Pandu bersama
warga kampung pengurus lama berusaha untuk melengkapi dan menambah sarana yang
ada agar sekolah dapat kondusif untuk proses belajar-mengajar. Perlu diketahui, status kepegawaian pada saat ini belum jelas, mereka
digaji berdasarkan aturan ala kadarnya.
Pada tahun 1968 ada
pergantian Pastor Kepala Paroki Santo Yohanes Pemandi Wonokromo, iatu dari Rm.
Louis Pandu CM kepada Rm. John Tondo Widjoyo CM yang kemudian secara
resmi membentuk sebuah Yayasan. Dalam usaha mencari dana untuk menutup biaya
operasional yang semakin meningkat, pastor paroki membuat kebijakan bahwa
sebagian hasil kolekte umat disumbangkan bagi sekolah.
Pada tahun 1969 keadaan sekolah masih
sederhana, tiang bangunan bekas kandang tersebut terbuat dari besi dan tembok
dari anyaman bambu (gedheg). Pada tahun ini siswa sudah kelas 4 maka
perlu penambahan tenaga pengajar, karena tenaga pengajar yang sekarang tidak
mencukupi.
Pada tahun ini pula ada
pergantian Pastor Kepala Paroki Yohanes Pemandi Wonokromo dari Rm. John Tondo
Widjojo CM kepada Rm. J. Heijne SVD, maka dengan sendirinya TK-SD RA.
Kartini diserahkan kepada pastor yang baru. Dengan kehadiran Rm. J. Heijne SVD
sekolah tersebut semakin mendapat perhatian, dengan adanya renovasi terus
menerus. Kepala sekolah bekerja sama dengan pastor paroki mencari dana dan
bantuan guna merenovasi yang masih bangunan non permanen untuk diganti dengan
bangunan permanen meskipun tidak harus megah. Upaya-upaya yang dilakukan
ternyata tidak sia-sia, bantuan ternyata mengalir dari berbagai pihak, maka
terkumpulah uang sejumlah Rp 700.000,00 (tujuh ratus ribu rupiah)
dipergunakan untuk merenovasi tembok sekolah dan pembangunan ini selesai tahun
1971.
·
Penyerahan pengelolaan sekolah dari Paroki ke
pada Kongregasi Suster-suster Cinta kasih Santo Carolus Borromeus - tahun 1973
Pada bulan Maret 1973 Kongregasi
Suster-suster Cinta kasih Santo Carolus Borromeus datang ke Surabaya di Jalan
Bendul Merisi 11 yaitu Sr. Bernadet CB, Sr. Marcella CB, dan Sr. Yustine CB.
Para suster memulai karya di Surabaya dengan membuka poliklinik di jalan
Margorejo dan ikut mengelola TK-SD RA. Kartini di Jagir Sidomukti Gg. Lebar 21
Surabaya. Namun status sekolah ini tetap di bawah Paroki Santo Yohanes Pemandi
Wonokromo Surabaya, saat itu ada 300 siswa yang belajar di sekolah ini tenaga
pengajar sejumlah 8 orang.
Awal tahun 1974, Sr. Rufina CB diutus ke
Surabaya dan secara khusus akan ikut mengelola TK-SD RA. Kartini sampai dengan
tahun 1974 sekolah ini belum memiliki status yang jelas. Dengan berbagai cara Sr. Rufina CB mengupayakannya, sehingga tanggal 1
Januari 1975 sekolah ini diusulkan di bawah naungan Yayasan Yohanes Gabriel
Keuskupan Surabaya. Dampak dari pengalihan status inilah salah satu karyawan
yaitu per Maret 1976 bapak Thomas Buhantoro menerima Surat Keputusan
pengangkatan sebagai pegawai tetap yayasan yang ditempatkan pada SD RA.
Kartini, dan menyusul guru-guru yang lainnya. Tanggal 28 Juni 1976 secara resmi
TK-SD RA. Kartini menjadi milik Yayasan Yohanes Gabriel-Wijana Sejati Surabaya,
Jalan Dinoyo 42 Surabaya.
Tahun 1977, TK RA.
Kartini yang semula menjadi satu dengan SD RA. Kartini dipindahkan lokasinya ke
Jalan Jagir Sidomukti VII No. 41 Surabaya. Tanah dan rumah ini pada awalnya
adalah milik lingkungan Andreas paroki Yohanes Pemandi Wonokromo Surabaya yang
peruntukannya sebagai tempat ibadah. Namun dengan berbagai pertimbangan
terutama oleh Romo Paroki Yohanes Pemandi (Rm. J. Heijne SVD), tanah ini
dihibahkan ke sekolah pada tanggal 12 November 1976, kemudian dibangun sebagai
TK RA. Kartini.
·
Penyerahan pemilik sekolah dari Yayasan Yohanes Gabriel Wijana
Sejati (YGWS) kepada yayasan Suster-suster Carolus
Borromeus Surabaya
Sejak tahun 1974, setelah dikelola oleh suster-suster CB di bawah bendera
Yayasan Yohanes Gabriel maka pada tanggal 1 Juli 1981 dilaksanakan ada
penyerahan pemilik sekolah dari YGWS kepada Yayasan Suster-suster Carolus
Borromeus Surabaya. Rm. YH Puwoputranto Pr. mewakili Yayasan Yohanes Gabriel Wijana
Sejati (YGWS) kepada Sr. Bernardia CB atas nama Yayasan Suster-suster Carolus
Borromeus dengan surat No: 0/8104/YG/IV/1981. Sebelum serah terima ini sendiri
berlangsung, tanggal 31 Januari 1981, SD RA. Kartini memperoleh pengakuan dari
dinas PDK dengan status terdaftar no. 104056014057.
Pada bulan Desember 1983, gedung SD RA.
Kartini dirobohkan dan memulai pembangunan gedung baru. Gedung baru dengan 2 lantai
ini dapat diselesaikan bulan Maret 1984. Penggunaan gedung ini diresmikan pula
pada bulan Maret 1984 oleh Sr. Christera, CB provinsial Kongregasi
Suster-suster Cinta kasih Carolus Borromeus pada saat itu. Sedangkan renovasi
TK RA. Kartini dilaksanakan pada tahun 1997. Dengan gedung baru ini diharapkan
pelayanan kepada masyarakat dan peserta didik khususnya semakin berkembang dan
meningkat.
·
Proses Reorientasi TK dan SD RA. Kartini ke
Komplek Santo Yosef Surabaya
Dalam perkembangan dan beberapa usulan karyawan
TK dan SD RA. Kartini, serta pertimbangan dari pengurus Yayasan Tarakanita,
maka pada tanggal 1 Juli 2024, SD RA. Kartini resmi bergabung dengan SD Santo
Yosef di Jl. Joyoboyo No. 19. Sedangkan TK RA. Kartini resmi berganti nama
menjadi KB-TK Tarakanita dan lokasinya pindah menjadi satu komplek dengan
SD-SMP Santo Yosef di Jl. Joyoboyo No. 19 Surabaya.
5)
Yayasan Pendidikan
Karolus Borromeus tahun 1981
Sekolah yang
dikelola oleh Kongregasi suster-suster CB di Surabaya secara hukum bukan milik
Kongregasi, karena TK-SD RA. Kartini masih dibawah naungan Paroki Yohanes
Pemandi, sedangkan SD-SMP Santo Yosef masih di bawah naungan Yayasan Mardi
Wijana. Pada tahun 1981 Kongregasi CB sudah mendirikan Yayasan di Surabaya
dengan nama Yayasan Suster-suster Carolus Borromeus yang berpusat di Yogyakarta
atas nama Sr. Bernardia CB, namun ini sifatnya sementara, karena pada saat itu
sangat mendesak yaitu sebagai syarat hibah TK-SD RA. Kartini.
Pada tahun
1981 secara administratif Yayasan Pendidikan Karolus Borromeus sudah berdiri,
meskipun belum berjalan seperti sekarang ini. Sebagai pelaksana harian adalah
Sr. Ernesta CB merangkap Kepala Sekolah SMP Santo Yosef. Pada 26 Desember 1984,
Yayasan Pendidikan Karolus Borromeus Cabang Surabaya berdiri secara resmi
dengan pengurus: Sr. Ernesta Sumartini CB sebagai Ketua. Sr. Rufina Marmini CB
sebagai sekretaris dan Sr. Milburga Larasati CB sebagia bendahara. Sejak saat
itu semua unit dan seluruh harta milik, termasuk karyawan dikelola oleh Yayasan
Pendidikan Karolus Borromeus Cabang Surabaya, yang secara hirarkis menjadi
cabang dari Yayasan Pendidikan Karolus Borromeus Pusat.
Selama 3
tahun, yaitu tahun 1981 - 1984 inilah atas permohonan masyarakat paroki Gembala
Yang Baik, di kompleks Jemur Andayani didirikan TK Santo Carolus pada bulan
Juni1982 dengan Kepala sekolah TK adalah Sr. Edelburga CB dan SD Santo Carolus
pada bulan Juli 1983 dengan Kepala Sekolah Sr. Aloysia CB menempati
lahan yang telah disediakan oleh Kongregasi CB. Pada tahun 1988 didirikan SMP
Santo Carolus dengan Kepala Sekolah Sr. Rosaline CB dan tahun 1992 didirikan
SMA Santo Carolus dengan Kepala Sekolah Sr. Vincenza CB.
6)
KB-TK Santo Carolus tahun
1982
Perkembangan pendidikan
di Surabaya semakin pesat, maka pada bulan Juli tahun 1982 Kongregasi
Suster-suster Cinta kasih Santo Carolus Borromeus melihat peluang untuk mengembangkan
karya pendidikan di jalan Jemur Andayani. Maka didirikan sekolah jenjang TK
dengan nama TK Santo Carolus, yang saat ini berada di teritori Paroki
Gembala Yang Baik.
Nama TK Santo Carolus
diambil dari Santo Pelindung Suster-suster Cinta kasih Santo Carolus Borromeus
yang diperingati setiap tanggal 4 November. Pada waktu itu
Kongregasi Suster-suster Cinta kasih Santo Carolus Borromeus sudah banyak karya
pendidikan di seluruh Indonesia. Dengan menggunakan nama Santo Carolus
diharapkan semangat Santo Carolus menjiwai seluruh warga TK Santo Carolus.
Pada awal berdirinya TK
Santo Carolus banyak mendapat sambutan yang positif dari masyarakat, karena
sekolah katolik di wilayah Surabaya Selatan masih sedikit. Kebanyakan sekolah
Katolik terdapat di wilayah Surabaya
tengah dan utara. Kepala Sekolah TK Santo
Carolus yang pernah memimpin adalah:
1.
Sr. Edelburga CB (1982 – 1983)
2.
Sr. Alouysia CB (1983 – 1987)
3.
Sr. Paulina CB (1988 – 1989)
4.
Sr. Renata CB (1990 – 1993)
5.
Sr. Carolin CB (1994)
6.
Sr. Inez CB (1994 – 1996)
7.
Ibu. Veronica Sumini (1996 – 1998)
8.
Ibu M.E. Tri Ernaningsih (1998 – 2003)
9.
Ibu Yulia Praptiningsih (2004 – 2010)
10. Ibu Cicilia Dwi
Susilastari (2010 – 2014)
11. Ibu Agustina Tri
Wulandari (2014 – 2021)
12. Ibu Mariana Bettaria (2021- 2022)
13. Theresia Linneke
Widiastuti (2022-2025)
Sejak berdirinya TK Santo Carolus, jumlah
siswa dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Pada awalnya hanya 1
kelas, tahun berikutnya menjadi 2 pararel, dan berkembang menjadi 4
pararel. Dalam Penerimaan Peserta
Didik Baru Tahun 2009-2010 banyak
pendaftar yang berusia 3 tahun (di bawah standar usia TK) yang
menginginkan bersekolah di TK Santo Carolus. Banyaknya animo dan
permintaan dari orang tua dan masyarakat maka dibuka kelas Kelompok Bermain oleh Ibu Yulia
Praptiningsih yang saat itu menjabat sebagai Kepala TK.
Pada tahun 2009-2010 pararel
Kelompok TK.A dan TK.B berkurang satu kelas dan menjadi 3 kelas, dimana
1 ruang kelas yang kosong dipergunakan untuk kelas
Kelompok Bermain (KB). Pada tahun ajaran 2012-2013 KB-TK Santo
Carolus mengalami penurunan jumlah peserta didik, hingga tahun berikutnya penurunan cukup signifikan. Mulai
tahun pelajaran 2019-2020 hingga saat ini, Kelompok TK A dan TK B hanya 2
pararel. Kelompok Bermain (KB) 2 pararel dengan jumlah peserta didik tidak
memenuhi standar kuota. Selanjutnya KB-TK Santo Carolus
membuka 1 kelas Pra Kelompok Bermain (KB) dengan jumlah peserta didik antara 4
- 9 di setiap tahun.
7)
SD Santo Carolus tahun
1983
SD Santo Carolus adalah sekolah umum yang
bercirikan katolik, berlokasi di jalan Jemur Andayani XXI/03
Surabaya. SD Santo Carolus didirikan pada tahun 1983,
dan pembangunan gedung baru selesai tahun 1985 yang terdiri dari unit I,
II dan III. Dari 3 unit tersebut, semua unit terdiri dari 2 lantai dengan
pembagian per unit 8 lokal, masing-masing lokal dengan luas ukuran 19,5 m x 20 m.
Pada tahun
pelajaran pertama 1983/1984 SD Santo Carolus menerima 55 siswa yang dibagi menjadi 2 kelas,
masing-masing kelas 28 siswa dan 27 siswa. Meskipun sarana dan prasarana masih terbatas,
para guru berusaha keras untuk dapat menghasilkan output yang berkualitas. Dalam
kondisi serba terbatas dengan Kepala Sekolah yang masih merangkap Kepala TK Santo Carolus, serta 2 orang tenaga pengajar,
bukanlah halangan bagi mereka untuk terus berupaya meningkatkan mutu sekolah dan
peserta didik yang telah dipercayakan kepada mereka.
Pada mulanya
status sekolah masih “Terdaftar” kemudian ditingkatkan status sekolah menjadi
“Disamakan”. Hal ini sesuai dengan SK No. 734/104/I/92/ SK tertanggal 1 Desember 1992. Puji syukur kami
panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmatNya dan koordinasi yang baik serta semangat kerja
yang tinggi dari para karyawan Yayasan Carolus Borromeus Cabang Surabaya, maka SD Santo Carolus dapat berhasil dalam akreditasi yang berdasarkan SK No.
39372/104/PP/99 SK tertanggal 10 Juni 1999.
Keberhasilan
ini tidak membuat kerja para karyawan puas sampai di situ, namun keberhasilan ini merupakan sarana bagi kami
untuk lebih meningkatkan sekolah agar dapat berkompetisi dengan sekolah-sekolah
lain yang ada di Surabaya. Derap langkah maju mengiringi waktu, SD Santo Carolus proses belajar mengajar
sampai tahun pelajaran 2024/2025 berjalan dengan lancar. Dengan jumlah guru 20 orang, guru komputer 2
orang, pembantu pelaksana 3 orang, Tata Usaha 5 orang, dan penjaga
malam 1 orang dengan jumlah peserta didik 404 orang.
Sekolah
melaksanakan kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah, juga memberikan Pendidikan
Karakter Tarakanita serta menyelenggarakan kegiatan yang menunjang pengembangan peserta didik dalam
bentuk kegiatan ekstrakurikuler wajib dan
pilihan. Selain itu sekolah juga
memberikan pembelajaran komputer, Bahasa Inggris, dan Mandarin bagi seluruh peserta didik mulai kelas 1 sampai kelas 6.
8)
SMP Santo Carolus - tahun 1988
Pendidikan melalui jenjang pendidikan formal
semakin terasa dibutuhkan oleh masyarakat kita. Pemerintah bersama masyarakat
dan pihak swasta bersinergi membangun pendidikan formal demi tercapainya
kemajuan pendidikan. Yayasan Carolus Borromeus yang berkedudukan di Yogyakarta
merupakan salah satu pihak swasta yang turut ambil bagian dalam penyelenggaraan
pendidikan formal bersama-sama dengan pemerintah. Sehubungan dengan hal tersebut
Yayasan Carolus Borromeus mengembangkan pendidikan formal di Wilayah Surabaya.
Pada tanggal 23 April 1973 dibeli sebidang tanah di Jl. Jemur Andayani XXI
Siwalankerto Wonocolo Surabaya. Adapun keberadaan tanah ini diperuntukkan
bangunan Gereja, Biara Suster Carolus Borromeus, rumah pembinaan dan bangunan
sekolah yang selanjutnya sekolah diberi nama Santo Carolus (TK-SMA).
Pada tanggal 21 September 1979 Yayasan
Carolus Borromeus mengajukan ijin mendirikan bangunan (IMB) dan terealisasi
tanggal 9 September 1980 dari Kepala Dinas Perencanaan dan Tatakota Surabaya.
Kemudian tanggal 12 September 1981 direncanakan pembangunan gedung kompleks
sekolah. Selanjutnya pada tanggal 12 Januari 1982 gedung sekolah TK Santo
Carolus dibangun dan dilanjutkan dengan gedung SD Santo Carolus.
Pada tanggal 26 Desember 1984 Yayasan Carolus
Borromeus yang berkedudukan di Yogyakarta berubah nama menjadi Yayasan
Pendidikan Karolus Borromeus yang berkedudukan di Jakarta. Pada tahun 1987 pada
saat siswa SD sampai kelas 5 Yayasan Pendidikan Karolus Borromeus Pusat
menyetujui pembangunan untuk gedung SMP yang diajukan pada tanggal 30
Januari 1988 oleh Sr. Ernesta Sumartini, CB selaku Ketua Yayasan Cabang
Surabaya.
9) SMA Santo
Carolus - tahun 1992
Pendidikan SMA
Katolik Santo Carolus didirikan karena adanya kebutuhan masyarakat sekitar
terlebih orang tua /wali siswa yang sangat mengharapkan kelanjutan pendidikan
putra putri mereka ke jenjang berikutnya, yaitu dari jenjang TK, SD, SLTP Santo
Carolus. Yayasan Pendidikan Karolus Borromeus memperhatikan kebutuhan tersebut
dan merasa terpanggil untuk merealisasikan visi dan misi untuk mendirikan SMA
Katolik Santo Carolus sebagai sekolah lanjutan bagi lulusan SLTPK Santo Yosef
dan SLTPK Santo Carolus sebagai feeder school khususnya dan secara umum
para lulusan SLTP lain disekitarnya.
Pada tanggal 1 Juli 1992 SMA Katolik Santo
Carolus resmi berdiri dengan statusnya “tercatat " dan Sr. Vincenza, CB sebagai Kepala
Sekolah dengan jumlah siswa 68 orang yang terbagi dalam 2 kelas. Staf pengajar
masih sedikit dan statusnya paruh waktu karena mengajar di sekolah lain atau kesibukan
lain. Beberapa staf pengajar itu adalah Bapak Heru, Bapak Andreas Suparno, Bapak Ignatius Oky
Soerjanto, Bapak Dadi Santosa,
Bapak Thomas Watoyo (selaku Wakil Kepala Sekolah), Ibu Beauty, Ibu Imelda, Ibu
Yanti, Ibu Rosa de Lima.
Proses belajar
mengajar masih menumpang di gedung SLTP Katolik Santo Carolus dengan
menggunakan tiga ruangan di lantai tiga, dua ruangan untuk ruangan kelas dan
satu ruangan untuk Kepala Sekolah dan guru yang disekat dengan lemari. Demikian
juga peralatan penunjang PBM masih meminjam dari SLTP Katolik Santo Carolus. Di
sela-sela kesibukan para siswa dan guru serta Kepala Sekolah, dari lantai tiga
mereka selalu, memandang perkembangan pembangunan gedung SMA yang berada kurang
lebih 25meter dari SLTP mulai memasang pondasi hingga beberapa ruang telah
dapat digunakan untuk PBM. Sejak itu barulah SMA pindah ke gedung milik SMA
sendiri, walaupun suara mesin cor bangunan dan desing palu memekakkan telinga
bersaing dengan para guru yang mengajar di kelas.
Penantian hari demi
hari untuk dapat belajar dengan situasi yang mendukung akhirnya tiba. Gedung
sekolah telah berdiri dan diberkati oleh Mgr. AJ. Dibjokarjono, CM Uskup
Surabaya pada tanggal 17 Desember 1993 dan pada tanggal 3 Nopember 1994
diresmikan oleh Bapak Drs. Moch. Sugiarto selaku Kakanwil Propinsi Jawa Timur.
Fasilitas sekolah yang dulu hanya meminjam, sedikit demi sedikit SMA mulai
untuk dapat membeli dan memiliki sendiri dan ada pula yang berasal dari
sumbangan para donatur.
Mendirikan
organisasi/lembaga sangatlah mudah namun untuk mengembangkan, memajukan serta
menjadikan bermutu tidaklah mudah. Doa, kegigihan, perjuangan dan pengorbanan
itulah yang dapat membuat organisasi/lembaga tersebut bertahan. SMA Katolik
Santo Carolus mencoba selalu mengusahakan beberapa hal di atas hingga
memberanikan diri mengajukan Akreditasi dan pada tahun 1996 status yang dulu “tercatat”
berubah menjadi “disamakan”. Pijakan awal sebagai salah satu rangkaian proses
ini mendorong SMA Katolik Santo Carolus dan seluruh komponen di dalamnya untuk
selalu berkembang dan juga mampu menjawab tantangan zaman serta dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat khususnya dunia pendidikan. Dalam perkembangan berikutnya
untuk memenuhi legalitas lembaga pada tahun 2022 SMA Santo Carolus diakreditasi
oleh BAP-S/M dan mendapatkan perpanjangan akreditasi otomatis dengan nilai 92
dengan peringkat A dan berlaku sampai 18 November 2027.
10)
Penggabungan YPKB dengan Yayasan Tarakanita -
tahun 2002
Pada bulan
Agustus 2002 Yayasan Pendidikan Karolus Borromues bergabung dengan Yayasan
Tarakanita, dan secara resmi berganti menjadi Kantor Wilayah Surabaya. Yayasan
Tarakanita yang semula berkantor di Jalan Gadung III/4 Surabaya, dan pada 26
Juni 2018 resmi diberkati di gedung baru di Jalan Jemur Andayani XXI no 9,
Surabaya.
11)
Reorientasi TK RA. Kartini menjadi KB-TK
Tarakanita - tahun 2024
Untuk
menindaklanjuti seruan hasil kapitel tentang reorientasi karya, maka TK Kartini
menjadi salah satu unit yang berdampak reorientasi. Salah satu alasannya adalah
letak unit TK ini yang kurang kondusif untuk pengembangan dan perluasan,
mengingat tempat yang terbatas dan berada di wilayah padat penduduk dan di
lingkungan rumah penduduk yang membuat kurang kondusif dalam pengembangan
sekolah baik dari sarana prasarana maupun dari segi pengembangan jumlah peserta
didik.
Oleh karena
itu, TK Kartini berubah menjadi TK Tarakanita dengan lokasi di lingkungan
sekolah SD-SMP Santo Yosef yang diharapkan menjadi jenjang kelanjutan sekolah
di SD-SMP Santo Yosef.
12)
KB-TK Tarakanita - tahun 2024
Berdirinya KB-TK
Tarakanita berawal dari keprihatinan TK RA. Kartini yang kurang sarana
prasarana. Orangtua murid yang ingin mengantar putra-putrinya dengan mobil,
tetapi tidak bisa karena banyak mobil warga yang parkir di depan rumah. Apalagi
saat ada kegiatan warga, maka guru dan orang siswa harus melewati arah jalan lain
yang lebih jauh agar sampai di sekolah. Situasi seperti ini sudah lama dan
bertahun-tahun, maka pada saat tim monev dari kantor pusat yaitu oleh Sr. Marie
Yose CB, Bapak Suhartono, Bapak Sigit, Bapak Arya, Ibu Ruli, dan Ibu Yusi, kami
menyampaikan permasalahan tersebut disambut kantor pusat dengan baik.
Untuk menindaklanjuti
hasil monev maka Sr. Marie Yose sebagai kepala kantor pusat menyetujui TK RA.
Kartini dipindahkan ke komplek Santo Yosef karena SD Santo Yosef juga ingin
mempunyai TK feeder di Komplek Santo Yosef. Sebelumnya kami menduga akan
dipindahkan ke rumah suster CB di Bendul Merisi ternyata alasannya karena
daerah jagir dan bendul merisi surat rumahnya hijau yang sewaktu-waktu bisa
digusur. Kami sangat bahagia ternyata impian kami ingin memiliki TK yang akses
jalannya lancar terkabulkan. Dari TK RA. Kartini berganti nama TK Tarakanita
dan berlokasi di komplek St Yosef merupakan suatu yang menggembirakan.
Pembangunan KB-TK Tarakanita demulai dengan rapat yang dihadiri perwakilan
yayasan pusat, kontraktor beserta stafnya, Ibu Ilin, Ibu Shita, Bapak Winarto,
dan Ibu Lusi sebagai kepala sekolah. Dalam pertemuan tersebut memastikan bentuk
gedung serta ruangan yang dibutuhkan. Setelah diputuskan berbagai rencana yang
berkaitan dengan pembanguan gedung, akhirnya pembangunan gedung KB-TK dimulai.
Dalam perjalanan pembangunan tersebut, saya bersama Ibu Ilin, Bapak Winarto
mengunjungi proses pembangunannya. Waktu pembangunan gedung juga bersamaan
dengan PPDB KB-TK Tarakanita, sehingga ada calon orangtua yang datang langsung
ke lokasi untuk wawancara kesepakatan paket harga, dan melihat pembangunan
gedung baru.
Pembangunan gedung KB-TK
Tarakanita Surabaya sudah selesai yang dilengkapi dengan ruang TU, ruang kepala
sekolah, ruang guru, ruang UKS, ruang ekstrakurikuler dan ruang perpustakaan,
ruang bermain indoor-outdoor, 3 ruang kelas ber-AC, wahana air, toilet sesuai
standart anak TK, toilet karyawan, ruang dapur.
Tahap berikutnya
peresmian gedung KB-TK Tarakanita yang dilaksanakan pada hari Jumat, 19 Juli
2024 sekaligus menjadi tanggal ulang tahun sekolah. Misa peresmian gedung
dimulai pk. 10.00, dengan konselebran RD. Robertus Theo Elno Respati, RD. Vincentius
Harjanto Prajiyno, RP. Stevanus Setyo Kumoro Aji SVD, RD. Cornelius Triwidya
Tjahja Utama. Juga dihadiri Sr. Marie Yose CB beserta jajaran struktural
Yayasan Tarakanita Pusat dan pejabat struktural Yayasan Tarakanita Wilayah
Surabaya.
Pertemuan dengan Dinas
Pendidkan Kota Surabaya yang diwakili oleh mas Pram dan dari Yayasan Tarakanita
Ibu Ilin, Ibu Shita, juga Bapak Winarto dari SD Santo Yosef. Dalam pertemuan
tersebut dibicarakan syarat pengajuan SK pendirian gedung, dan SK Operasional
TK Tarakanita. Selanjutnya pengajuan SK pendirian KB Tarakanita, dan sampai
sekarang masih dalam proses.
Semoga KB-TK Tarakanita
dalam perjalanan menjelang PPDB tahun kedua 2025/2026 sejak berdirinya th 2024
semakin dikenal, diminati masyarakat luas.
13)
Reorientasi SD RA. Kartini Merger dengan SD
Santo Yosef - tahun 2024
Bersamaan
dengan unit TK RA. Kartini, yang kendalanya hampir sama dengan SD RA. Kartini. Yayasan Tarakanita ingin semua siswa di SD RA.
Kartini memperoleh hak yang sama secara maksimal dalam hal fasilitassarana
prasarana, berkegiatan dan dalam ekstrakurikuler. Selain permasalahan itu, SD
RA. Kartini sudah tidak bisa untuk dilakukan pembangunan dan pengembangan
kerena lahan yang sempit dan tidak memungkinkan untuk diperluas area.
Akses jalan masuk dan keluar serta parkir
untuk orang tua siswa yang sangat sulit dan sering dikeluhkan oleh orang tua
siswa. Oleh karena itu Yayasan Tarakanita memutuskan untuk melakukan merger SD
RA. Kartini dengan SD Santo Yosef. Akhirnya setelah melalui proses yang
panjang, SD RA. Kartini dan SD Santo Yosef resmi merger pada tanggal 1 Juli
2024.
Surabaya
adalah ibu kota provinsi Jawa Timur dan sebagai kota terbesar ke dua di
Indonesia setelah kota Jakarta. Secara geografis mirip dengan situasi ibukota
Negara, yaitu terletak ditepi pantai dengan jumlah penduduk kurang lebih 3,02
juta jiwa (hasil sensus 2024). Secara geografis Surabaya terletak pada 07º9’
dan 07Âş21' Lintang Selatan dan 112Âş36' dan 112Âş54' Bujur Timur. Kota Surabaya
berbatasan dengan Selat Madura di utara dan timur, Kabupaten Sidoarjo di
selatan, dan Kabupaten Gresik di barat. Luas wilayah kurang lebih 350.6 km².
Secara
demografi, Surabaya juga menjadi tujuan para penduduk urban, maka tidak
mengherankan beragam suku, budaya dan agama ada di Surabaya. Watak keras, dan
keterbukaan adalah menjadi ciri khas penduduk Surabaya yang merupakan gabungan
suku Madura, Jawa Surabaya, dan pendatang. Karena merupakan daerah urban maka
tingkat pertumbuhan penduduk juga cukup pesat, hal ini juga ditandai dengan
pembangunan perumahan baru yang terus bertambah, dimana pertumbuhan ini
mengarah ke Selatan (Kabupaten Sidoarjo), ke arah barat (Surabaya Barat dan
Gresik).
Seperti
pada umumnya kota besar secara sosio ekonomi tingkat penghasilan per kapita
setiap penduduk cukup tinggi, namun jurang antara yang kaya dan miskin semakin
besar, maka masalah tanah dan penggusuran, kejahatan/kriminal menjadi persoalan
yang kerap terjadi. Juga tidak mengherankan, pengenalan terhadap NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif) sudah
merasuk ke sekolah-sekolah baik sekolah swasta maupun negeri.
Berdasarkan
peta di atas, sekolah-sekolah yang diselenggarakan oleh Yayasan Tarakanita
terletak di Surabaya Selatan. Surabaya selatan adalah pintu gerbang masuk kota
Surabaya dari arah selatan seperti Sidoarjo dan Malang dari arah timur seperti
Pasuruan, Banyuwangi, dari arah barat seperti Madiun dan Solo). Sekolah SD dan
SMP Santo Yosef berada di tengah-tengah kota, sehingga dari segi distribusi
asal siswa sudah bergeser, dan hal ini akan menjadi pemikiran tersendiri,
karena siswa-siswi sekolah ini bukan lagi dari daerah sekitar.
